“Halirin Rai Katak Rai” Permohonan Izin dan Restu dari Alam dan Leluhur
Malaka- Tepat pada sebuah batu yang sedikit berbentuk bulat, walau sisi-sisinya tidak beraturan. Sejenak saya tertegun. Sirih dan pinang masing-masing berada di tanasak (tempat menaruh sirih dan pinang). Sirih dan pinang itu tersusun rapi, berurutan, sesuai tatanan dan habitus usai dipersembahkan (hakserak-red) di rumah adat. Sirih dan pinang dalam tanasak itu digendong sekawanan wanita separuh bayu. Mengenakan kain adat tanpa memakai baju. Dalam tatanan adat Wesei Wehali, wanita-wanita yang mesti membawa sirih dan pinang. Membungkusnya dalam kain dan baru akan dikeluarkan jika sudah sampai tujuan.
Wanita-wanita yang menggendong sirih dan pihak itu berjalan mengikuti para lelaki, yang juga tua adat lalu berdiri melingkari batu itu. Setelah memohon, para wanita itu mengeluarkan sirih dan pinang yang tadi digendong, lalu menyerahkan kepada tua adat lelaki untuk kemudian meletakkannya di atas batu.
Hewan kurban pun disembelih lalu darahnya ditaruh pada sebuah wadah dengan sehelai sirih dan disimpan di tengah-tengah tanasak pada batu yang satu dan sama. Darah hewan kurban yang dipersembahkan itu sejatinya adalah ikatan yang sangat kuat antara kekuatan mistis dan permohonan manusia kepada leluhur yang telah mendahului di negeri seberang.
Darah merah hewan kurban terpercik membasahi bumi, muncrat dan mereciki bebatuan tempat pembantaian.
Selesai sudah!
Jarum jam tepat berdetak Pukul 09.13 wita waktu Malaka. (Bersamaan dengan itu, saya mengambil gambar dengan hp android).
Darah hewan kurban yang akan dipersembahkan kepada alam dan kepada leluhur yang menghuni wilayah itu sudah mengalir. Sudah disaksikan oleh mereka yang ada, kini dan di sini, di tempat ini dan mereka yang melihat dari dunia seberang, di alam lain nun jauh di sana. Saat darah herwan kurban mengalir ada senyuman yang menghias di bibir. Tak terkecuali mereka yang di alam lain itu juga pasti tertawa, bertepuk tangan riuh. Ikatan emosional yang cukup kuat dan dipertahankan dari sejak dahulu kala, hingga detik ini di tanah malaka.
Labarai menjadi saksi bisu peristiwa itu.
Ketika seorang tua adat menghujam pisau di leher hewan kurban, seekor ayam berkokok dari kejauhan. Itu pertanda, ada isyarat persetujuan seturut paham dan mitos yang ditinggalkan nenek moyang.
Pukul 09.36 wita, usai dimohonkan para tetua adat, Bupati Malaka, Dr. Simon Nahak, SH, MH menjulurkan tangan dan mengambil sirih dan pinang di tanasak yang dipangku dan diserahkan dengan sangat istimewa oleh Be Tema dan Be Rai. Kedua tokoh adat ini dikelilingi para fukun yang punya kepentingan di hajatan suci ini.
Angin sepoi lewat menyapu. Satu per satu diangkatnya sehelai sirih lalu sebuah pinang lalu berpindah ke tanasak yang satunya. Bersamaan dengan itupun Wakil Bupati Louise Lucky Taolin, S.Sos melakukan gerakan yang sama. Samar terdengar juga jago berkokok bersahutan.
Labarai memeteraikan peristiwa yang tak akan terulang kedua kalinya itu.
Semua yang berada di situ tertegun. Mengelus dada dan membatin, kita semua adalah saksi sejarah sebuah kisah dan ceritera yang akan turun temurun hingga titik klimaks.
Saya pun mencatat itu dengan tangan gemetar di atas sehelai kertas yang akan disatupadukan menjadi kenangan yang tidak banyak dipunyai insan manusia yang terlahir di buana fana ini.
Saya melihat dari sangat dekat, Bupati Simon Nahak memejam mata rapat-rapat. Mengunyah sirih dan pinang. Penuh arti, penuh makna. Penuh penghayatan sambil sesekali melihat ke atas ketinggian, ke pohon beringin Hali Marian yang berdiri gagah sendirian di sana. Mungkin dalam hati dan pikiran serta rasa, ada harapan dan cita-cita ratusan ribu anak malaka yang ada di pundaknya.
Bersama Kim Taolin, keduanya memikul tanggung jawab yang sangat besar untuk bisa membangun pusat pemerintahan, sebagai pengejawantahan renu rai malaka.
Sebagai pemimpin rakyat, Bupati Simon tergugah akan ketepatan jiwa dan hatinya menjawab pertanyaan untuk mendirikan bangunan yang representatif, yang melayani renu rai malaka.
Sirih dan pinang, dalam adat Sabele Saladi Wesei Wehali melambangkan perpaduan yang tak bisa dilepaspisahkan. Sirih dan pinang adalah identitas dan identik dengan orang Malaka. “Jangan mengaku orang malaka kalo bibir belum merah dengan sirih pinang” begitu biasa banyak yang berceloteh.
Semburan warna merah sirih pinang yang artinya berani itu, kini berkibar kuat-kuat di dada kedua pemimpin rakyat Malaka ini. Terpancang tinggi, menjulang hingga ke langit biru. Semangat membuncah meninju halimun di atas cakrawala.
Tampuk pimpinan yang sementara dipegang, akan terus dipegang kokoh. Memimpin dengan segala kerendahan hati, memimpin dengan semangat pelayanan untuk membawa renu rai malaka ke arah yang lebih baik.
Di bawah atap langit Labarai, Desa Kamanasa, Kecamatan Malaka Tengah, Kabupaten Malaka, lokasi Pusat Pemerintahan Kabupaten Malaka Bupati Malaka mengajak seluruh masyarakat 12 Kecamatan 127 Desa untuk satukan hati, niat dan komitmen bersama-sama membangun Tanah Malaka, yang penuh susu dan madu.
Halirin Rai Katak Rai,
Esensinya adalah permohonan izin dan restu kepada alam dan leluhur serentak memohon berkat Tuhan supaya sebuah proses pembangunan bisa berjalan dengan lancar dan dijauhkan dari hambatan, rintangan, kendala dan tantangan.
Mengutip kalimat pengantar Master Ceremony : di titik ini, di Labarai, akan menjadi cikal bakal, seluruh kegiatan pelayanan dan pengabdian kepada renu Rai Malaka di bawah kepemimpinan Bupati Dr. Simon Nahak, SH, MH dan Louise Lucky Taolin, S.Sos.
Bersama keduanya, renu rai malaka satukan seluruh tekad, komitmen dan niat hati kita untuk membawa rai malaka ke arah dan hidup yang lebih baik. Pelaksanaan ritual adat Halirin Rai Katak Rai ini pun bertepatan dengan Hari Kasih Sayang. Dalam rajutan cinta kasih, kebersamaan, kekeluargaan dan persaudaraan dan atas restu leluhur serta alam raya, kita adalah saksi dan pelaku sejarah pembangunan yang akan diwariskan kepada anak cucu, generasi pemilik negeri ini.
Betun, Senin, 14 Februari 2022
Bertepatan dengan Valentine Day
Baca Juga : “Halirin Rai Katak Rai” Permohonan Izin dan Restu dari Alam dan Leluhur – Deliknews.com